Animal Hypnotism, Psikologi Primitif Manusia

Sambil bernostalgia, saya menulis catatan ini. Bagian penting ada di akhir catatan.

Saya punya kakak laki-laki yang doyan iseng. Saya masih ingat sebenar-benar ingat eksperimen-eksperimen yang ia lakukan kepada binatang di sekitar rumah kami. Ia membuat citho-citho untuk ngerjain ayam. Hehehe ada yang ingat dengtan citho-citho? Seekor ayam berubah menjadi pahlawan bertopeng dengan cara itu. Kebayang kan ada ayam jago berbadan kekar tapi jalannya doyong karena matanya ketutupan daun pisang? Itulah hiburan masa kecilku di Purwokerto jaman kuna lereng. Nggak asyik ya?

Sekali waktu warga dapur kami dihebohkan dengan seekor kucing yang lari lintang pukang. Macam lagi fashion show busana musim banjir , sang kucing bolak-balik dengan tas kresek nyangkut di kaki belakangnya. Rupanya kucing tetangga yang kabarnya playboy itu ketakutan setengah mati dengan suara kemresek yang terus mengikutinya kemanapun kaki melangkah, makin kencang lari makin keras pula suara nan berisik itu menguntitnya. Gak tau ilmunya sih, gitu aja panik. Jadi kasihan sang kucing, hilang sudah pesonanya. Ini pasti kerjaan kakak saya.

Lain waktu menjelang maghrib kakak saya ini ngerjain kampret alias kelelawar kampung. Mereka yang lagi TTS (terbang-terbang sore) girang bukan main melihat ada benda imut dari bumi melambung ke mereka punya langit. Nah, minta gue santap lu! Belom tahu yah, nih gue sukampret bin kampret -raja langit shift malem- lagi laper, habis tidur siang seharian... Maka disambarlah benda seukuran biji kacang yang melenting ke angkasa itu. Alamak apa yang terjadi, sejurus kemudian sukampret limbung, glebes-glebes dengan lidah melet-melet. Asem... eh pedes, mulutku kena balsem! Rupanya benda yang melayang tadi adalah kerikil bersalut balsem! Ada-ada saja yah, kakak saya ini. Hihihi... dampak positifnya mas kampret jadi tau balsem kalo masuk angin pasca begadang.

Ada hubungannya sama hipnosis? Ya mbuh. Nggak ada kali ya? Wong ini cuma pengantar.
Cuma keisengan yang di bawah inilah yang setelah saya ingat-ingat ternyata adalah fenomena hipnosis.
Kakak saya ini bisa menghipnotis ayam. Betul!
Ingat permainan bak-bak kukuluruk?
Seekor ayam hidup ditangkap lantas didirikan sampai agak tenang. Perlahan-lahan tekuk lehernya sehingga kepalanya masuk ke bawah salah satu sayap, terserah kanan atau kiri (wong baunya sama). Pelan-pelan saja. Kemudian perlahan juga dudukkan si ayam tadi ke lantai sambil baca mantra: bak-bak kukuluruk... bak-bak kukuluruk...
Ajaib, dengan mantra itu si ayam secentil apapun bakal diam berpuluh menit lamanya. Ia terhipnotis! Ayam kampung itu terhipnotis dengan metode asli kampung entah ciptaan siapa ini.

Merujuk buku Pak Adi W Gunawan, pada saat itu si ayam sedang masuk dalam mekanisme pertahanan dirinya berupa flight mechanism. Secara primitif manusia juga memiliki insting untuk menggunakan mekanisme ini: fight or flight.
Pada zaman dahulu kala, manusia primitif memiliki insting untuk mempertahankan hidupnya dengan mengembangkan kemampuan fight (melawan) atau flight (lari). Dalam menghadapi ancaman atau musuh, apabila mereka merasa tidak mampu untuk melawan (fight), yang mereka lakukan adalah lari (flight). Mekanisme flight pada masa primitif bukanlah hanya tindakan melarikan diri saja, melainkan juga berdiam diri, tubuh menegang karena takut, atau tidak bergerak sedikit pun dan berpura-pura mati. Mekanisme perlindungan diri dalam bentuk flight tersebut sebenarnya termasuk fenomena hipnosis di mana manusia berada dalam kondisi trance untuk melindungi dirinya.

Dalam proses induksi memasuki keadaan trance hipnosis, metode misdirection, confusion atau shock induction adalah beberapa contoh memanfaatkan mekanisme flight ini.
Ketika seorang sudah capek atau bingung maka ia akan memilih yang paling nyaman untuknya berupa trance dengan terbukanya critical area.Kalau dalam dunia medis kita mengenal adrenergik dan kolinergik. Tidak semua kondisi trance berarti efek kolinergik yang muncul, malah uniknya berupa campuran adre-kolinewrgik yang menguntungkan

Manusia modern masih memiliki mekanisme pertahanan diri ini. Agresi atau depresi adalah contoh ekstrimnya. Orang menjadi agresif saat merasa hidupnya terancam. Orang memilih depresif untuk melarikan diri dari masalah, itulah cara dia mempertahankan diri terhadap dunia. Mekanisme ini menguntungkan di satu sisi namun merugikan pula apabila tidak tepat dosis dan momentumnya. Hidup di dunia adalah meracik dosis, menakar-nakar dan mempergunakan mekanisme ini dengan elegan agar bisa survive dan berkembang.



Wallahu a'lam.

Perceptual Positions dan Anchor ala Rasulullah

Seorang pemuda menemui Rasulullah saw. Ia berkata, “Ya Nabi Allah, izinkan aku berzina!” Orang-orang berteriak mendengar pertanyaan itu. Tetapi Rasulullahi saw Bersabda, “Suruh dia mendekat padaku.” Pemuda itu menghampiri rasulullah saw dan duduk di hadapannya.
Beliau berkata kepadanya, “Apakah kamu suka orang lain mezinai ibumu?”
Segera ia menjawab, “Tidak, semoga Allah menjadikan diriku sebagai tebusannya.”
Rasulullah saw bersabda, “Begitu pula orang lain, tidak ingin perzinaan itu terjadi pada ibu-ibu mereka.” Sukakah kamu jika perzinaan itu terjadi pada anak perempuanmu?”
“Tidak, semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.”
"Begitu pula orang lain, tidak ingin perzinaan itu terjadi pada anak perempuan mereka.”
“Sukakah kamu, jika perzinaan itu terjadi pada saudara perempuanmu?”

Begitu pula Rasulullah saw menyebut bibi dari pihak ibu dan pihak bapak. Untuk semua pertanyaan Rasul, pemuda itu menjawab, “Tidak!” Rasulullah saw meletakkan tangannya pada dada pemuda itu seraya berdoa, “Ya Allah, sucikan hatinya, ampuni dosanya, dan pelihara kehormatannya.” Setelah itu tidak ada yang paling dibenci pemuda itu selain perzinaan.

Di fragmen ini, Rasullah dengan sangat efektif menerapkan apa yang saat ini dalam NLP disebut dengan perceptual position untuk menterapi seorang pemuda yang memilki keinginan berzina.
Rasulullah tidak secara otoriter me-leading sang pemuda untuk menjauhi zina, padahal beliau memilki posisi yang sangat sugestif.

Selanjutnya yang Rasulullah lakukan mirip dengan memasang anchor pada dada pemuda tersebut sambil diberikan sugesti untuk menjaga kesucian dan kehormatannya. Saat akan muncul keinginan zina, dada berdegup kencang dan anchor kesucian terpicu sehingga keinginan zinapun kolaps.


Wallahu a'lam, dari saya yang sedang belajar

Hukum Hipnoterapi


Bang, ini tentang hipnoterapi. Dulu waktu pasca gempa Padang ada trauma healing dengan metoda hipno ada kader yang bertanya masalah hukum hipnoterapi itu sendiri, namun waktu itu jawabannya tidak jelas. Bagaimana menurut Abang?

Jawab
Karena yang ditanya menurut Bang Hasto, jawabannya ya menurut Bang Hasto aja ya. Hypnoterapi itu aplikasi hipnosis (komunikasi bawah sadar) untuk terapi. Kita sendiri setiap detik selalu dalam keadaan berkomunikasi dengan sadar atau tidak sadar, bahkan dalam keadaan yang kita sebut dengan 'diam' sehingga hipnosis bukanlah hal asing dalam hidup setiap orang. Kita keluar masuk kondisi hipnosis dalam keseharian kita. Setiap saat kita dihipnotis oleh oleh buku, oleh perkataan orang, perkataan diri sendiri, oleh peristiwa yang kita lihat, dengar dan rasakan, oleh TV. TV adalah tukang hipnotis yang dengan leluasa memengaruhi pikiran bawah sadar kita dan anak-anak kita saban hari. Orang nonton TV dalam keadaan trance (hipnosis), bisa lupa keadaan sekitar, lupa waktu, dan menyerap pesan apapun yang ditayangkan ke pikiran bawah sadar.
Orang bisa belajar hal baik dari televisi, orang merasa ingin membeli kecap yang diiklankan, orang bisa selingkuh bahkan bunuh diri karena pengaruh kotak ajaib itu.

Karena hipnosis adalah hal keseharian yang fisiologis, rasanya menanyakan masalah hukum, apalagi bukan kepada ahli hukum tidak pas, hehehe...
Ketika ada orang yang mengalami pengalaman traumatik menjadi lebih baik, ibu yang melahirkan berkurang rasa nyerinya, yang minder menjadi percaya diri dengan bantuan komunikasi saja, maka silahkan menilai manfaat dan mudharatnya sebelum sampai ke hal hukum.
Karena tidak ada nash yang mengharamkan dengan dalil yang qath'i maka jawabannya tentu akan tidak jelas juga kalau ditanyakan dari segi hukum, berbeda ketika kita membicarakannya di ranah manfaat. Namun demikian, kalau mau dipaksakan juga untuk ditarik ke garis halal-haram, prinsipnya hal yang faali (fisiologis) memilki hukum mubah (boleh) sampai ada nash yang mengharamkannya atau berada di konteks yang tidak faali.
Semua makanan yang bisa dimakan itu halal kecuali yang haram. Nikah saja bisa menjadi wajib, sunat atau bahkan haram bagi masing-masing konteks dan tujuan, demikian juga televisi... eh hipnosis.

Ini pengalaman pribadi dan teman2 yang beragama: belajar hipnosis dan neurolinguistic programming membuat kita takjub, betapa dahsyatnya struktur bahasa dalam Quran dan betapa ajaran seperti sholat, doa dan lain2 memilki struktur yang kurang lebih sama dengan hipnoterapi. Artinya: ketika seorang Islam mengamalkan sholat dengan benar2 memahami maka dalam minimal 5 kali sehari ia melakukan self hipnosis dengan efektif.

Kalau begitu ya sudah sholat aja yang bener, ngapain belajar hipnotis?
Nah itulah, hipnosis bukan untuk mengganti ritual ibadah mahdhah, hipnosis itu untuk keperluan terapi cepat. (Ssst.. ini betul sekali: sholat yang bener!)

Apakah itu termasuk bid'ah? Silahkan tanya dulu hal bid'ah kepada pencipta obat kimia, antibiotik, cairan infus, penemu listrik, televisi dan politisi.
Sejauh yang saya alami, mempelajari struktur hipnosis dan NLP benar2 membuat kita semakin takjub dan bersyukur bahwa kita disuruh sholat 5x bener untuk tanha anil fahsya wal munkar, membangun karakter dan terapi diri.
Kepada orang lain kita bisa membantunya keluar dari pengalaman buruk, dari sakit, bisa lebih baik berkomunikasi dengan anak, memotivasi dengan lebih efektif.

Rasulullah secara alami adalah orang yang berkomunikasi dengan sangat efektif dan piawai menggunakan apa yang kita sebut hypnotic language pattern. Hasan al Banna ketika mengajarkan doa rabithah menggunakan pendekatan yang kurang lebih sama dengan hipnosis: "hadirkan wajah ikhwan2mu dan rasakan hubungan yang kuat dengan mereka..."
Silahkan cek di tuntunan dzikir alma'tsurat, dan dari kitab hadits mana anjuran membayangkan wajah itu bersumber :)
wallahu a'lam.