Gangguan Psikosomatis

Apabila Anda atau kerabat Anda mengalami hal ini: sakit pada suatu bagian tubuh yang berulang, sementara pada pemeriksaan fisik maupun penunjang (laboratorium klinis, radiologi dsb) tidak diketemukan adanya kelainan, besar kemungkinan yang Anda atau kerabat Anda alami adalah gangguan psikosomatis.

Psikosomatis berasal dari kata psycho (jiwa) dan soma (tubuh, jasad)yang merujuk kepada keterkaitan antara adanya ketidakberesan dalam keseimbangan jiwa dengan kemunculan gejala sakit yang dirasakan oleh tubuh. Sudah kita kenal istilah mens sana in corpore sano, bukan? Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat. Ternyata juga berlaku sebaliknya, tubuh yang sehat dimiliki oleh jiwa yang juga sehat. Ini adalah masalah mind and body connection.

Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan.

Padahal gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat dengan masalah psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem di tubuh manusia mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya.

GEJALA YANG TAMPAK

Manifestasi klinis psikosomatis yang banyak dijumpai di masyarakat berupa gejala sakit kepala, mudah pingsan, banyak berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pada lambung, diare, mudah gatal-gatal dan sebagainya dengan frekuensi yang berulang-ulang.

Dalam ilmu kedokteran jiwa (Psikiatri) kasus semacam ini seringkali ditemukan dengan ciri khas khusus. Yakni penderita merasa yakin bahwa gangguan-gangguan yang dialaminya merupakan rangkaian gejala penyakit tertentu. Penderita merasa kecewa karena meskipun telah melalui konsultasi dan mendapat pemeriksaan dokter ternyata secara medis/fisik tidak ditemukan suatu kelainan. Karena tidak puas, penderita cenderung mengambil inisiatif penyembuhan sendiri yaitu dengan sering berpindah-pindah dokter. Biasanya penderita penyakit psikosomatis menyangkal dan menolak untuk membahas serta mengutarakan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya ketika berhadapan dengan dokter. Meskipun sudah didapatkan gejala ansietas (kecemasan) dan depresi pada dirinya.

Keadaan ini tentu sangat merugikan bagi penderita, karena selain terganggu dengan keluhan yang dideritanya, biaya berobat dan biaya pemeriksaan-pemeriksan penunjang lain yang biasanya termasuk dalam rangkaian pengobatan dapat melonjak sangat tinggi. Bahkan secara signifikan hasil penelitian dalam kurun waktu terakhir menunjukkan bahwa hampir 80 % pasien yang datang berobat adalah penderita kasus psikosomatis. Ironisnya, jumlah ini kian bertambah sejalan dengan membengkaknya biaya hidup di segala sektor. Tentunya kita akan berada dalam kondisi yang lebih baik apabila kasus psikosomatis ini dapat ditangani dengan lebih tepat.

Dalam pengertian awam istilah stres sering disalahartikan sebagai suatu penyakit atau gejala yang berhubungan dengan masalah psikis/kejiwaan. Padahal, makna stres itu sendiri-- jika ditinjau dari sudut ilmu kedokteran dan psikologi - adalah respon normal tubuh yang bersifat adaptif terhadap perubahan di lingkungan atau luar tubuh, sebagai stresor, yang menimbulkan perubahan atau mekanisme pertahanan tubuh. Respon tubuh terhadap stresor atau penyebab stres dapat berupa perubahan fisik atau emosi.

Ditinjau dari ilmu Kedokteran dan Psikologi, gejala psikosomatis, menurut awam sering disebut stres, muncul ketika tubuh sudah tidak dapat lagi mengatasi stresor. Peristiwa ini sering juga disebut sebagai Kondisi Distress. Pada tahap inilah biasanya penderita psikosomatis datang ke dokter dengan gejala-gejala sebagaimana disebut di awal tulisan ini.

CARA PENANGANAN

Perkembangan dalam terapi ilmu kedokteran dewasa ini-- sesuai dengan definisi WHO tahun 1994 tentang "konsep sehat"-- adalah sehat secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, maka terapi pun seyogyanya dilakukan secara holistik. Maksudnya, tidak hanya gejala fisik saja yang ditangani tetapi pemeriksaan pada faktor-faktor psikis yang biasanya sangat mendominasi penderita psikosomatis pun menjadi prioritas. Seorang dokter seyogyanya mampu menyakinkan dan menenangkan penderita penyakit psikosomatis ini sehingga mereka tidak terlalu memikirkan kondisi penyakitnya. Berempati dalam mendengarkan segala keluhan penderita yang berkaitan dengan masalah kehidupan yang dihadapinya sebagai salah satu cara terapi (ventilasi) juga menjadi salah satu tugas dokter dalam menangani penyakit ini. Dengan demikian penderita akan lebih merasa tenang.

Berikutnya adalah re-edukasi dan re-assurance. Ini dimaksudkan untuk meyakinkan dan menjamin penderita bahwa segala masalah yang dihadapi dapat diatasi. Biasanya pada tahap ini peran dokter/psikiater atau rohaniwan sangat membantu.

Selanjutnya berupa anjuran untuk memperbaiki kondisi lingkungan dalam keluarga, sosial ekonomi, dan juga di lingkungan pekerjaannya. Sebab, tidak jarang penyebab masalah psikis adalah orang-orang terdekat di sekitar penderita.

Karena itu, masyarakat wajib memahami sungguh-sungguh masalah psikosomatis ini. Lebih-lebih para praktisi medis. Mereka harus lebih proaktif dan bertindak profesional sehingga masyarakat/pasien tidak (di)-jatuh-(kan) pada pemaksaan terselubung alias medikalisasi.

Karena jelas bahwa psikosomatik adalah masalah gangguan berdasarkan mind and body connection, maka penanganannya harus holistik (terpadu). Hipnoterapi diharapkan mampu menjembatani hubungan antara penyebab psikis di bawah sadar dengan manifestasi klinis pada tubuh.

Apabila ada di antara Anda atau kerabat Anda yang memiliki masalah gangguan psikosomatis / psychosomatic dysorder, mengunjungi dokter yang memahami hipnoterapi adalah keputusan yang tepat.

Stop Merokok dengan Hipnoterapi



Mengapa Anda sulit berhenti merokok, meskipun ingin sekali?


Mengubah kebiasaan memang tidak mudah karena kebiasaan adalah proses yang terjadi di pikiran bawah sadar. Apalagi bila kebiasaan tersebut sudah berlangsung puluhan tahun dan di sekitar Anda banyak pendukungnya. Untuk berhenti merokok, tidak cukup dengan cara membulatkan tekad, melawan keinginan merokok, atau memaksa diri untuk berhenti merokok. Karena sifat dari kebiasaan dan kecanduan adalah: semakin dilawan, maka dia semakin kuat.

Pikiran bawah sadar pengaruhnya 9 kali lebih kuat dari pikiran sadar. Jadi kalaupun secara sadar Anda tahu rokok itu negatif dan Anda ingin menghindarinya, namun semakin Anda mencoba melawan keinginan Anda, yang terjadi adalah keinginan Anda menjadi semakin kuat. Semakin lama Anda menahan diri untuk tidak merokok, semakin tersiksa diri Anda.


Bagaimana rasanya bisa lepas dari rokok?

Banyak orang tidak rela meninggalkan rokok karena takut akan kehilangan "ketenangan" yang biasa didapatkannya dari rokok. Bagi kebanyakan perokok, merokok menjadi mekanisme pelampiasan setiap kali pikiran tidak tenang.

Jika Anda berhenti merokok dengan hipnoterapi, Anda tidak perlu menderita menahan hasrat merokok. Anda pun bisa mendapatkan ketenangan pikiran tanpa harus menghisap rokok. Caranya..? Kami rasa terlalu teknis untuk dijelaskan disini.

Rokok terasa nikmat bagi Anda karena di pikiran bawah sadar Anda tertanam program yang berbunyi "rokok adalah kenikmatan". Nah, ketika dalam kondisi hipnotis, program itu bisa diubah menjadi "rokok adalah menjijikkan". Setelah Anda bangun dari kondisi hipnotis, seketika pikiran dan tubuh Anda sudah tidak suka dan tidak butuh rokok lagi. Bahkan kadang ada klien yang sampai tidak sudi melihat atau memegang rokok.


Berhenti merokok dengan hipnoterapi tidak menyebabkan kegemukan.

Beberapa orang yang memaksakan diri untuk berhenti merokok menjadi tidak mampu mengendalikan nafsu makannya, sehingga akhirnya terjadi obesitas. Hal ini terjadi karena mulut (yang biasanya menghisap rokok) menjadi protes dan melampiaskan protesnya kepada makanan.

Dengan hipnoterapi, pikiran dan tubuh Anda akan disinkronkan sehingga terjadi keputusan bersama untuk berhenti merokok. Dengan demikian, tidak ada bagian tubuh yang protes karena Anda mendadak berhenti merokok.


Alasan yang BENAR dan SALAH untuk berhenti merokok.

SALAH: "Saya ingin berhenti merokok demi menghemat uang"
Harga rokok memang mahal bagi orang miskin, tapi sangat-sangat murah bagi orang kaya. Kalau Anda berhenti merokok karena alasan ekonomi, maka ketika uang banyak ada di tangan Anda, kemungkinan besar Anda akan merokok lagi.

BENAR: "Saya ingin berhenti merokok karena ingin hidup sehat"
Alasan yang bagus dan bisa dibenarkan. Dalam bungkus rokok pun sudah jelas tertulis bahwa rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan. Kalau Anda ingin berhenti merokok karena ingin menjaga kesehatan Anda dan orang-orang di sekitar Anda, itu sangat bagus. Namun alasan ini kadang ada kelemahannya. Misalnya, ketika Anda melihat kakek kami yang masih sehat di usia 82 tahun dan tidak pernah berhenti merokok. Di sekitar Anda, kami yakin banyak orang yang sudah merokok selama puluhan tahun, tapi tidak menderita penyakit serius. Hal ini akan menggoyahkan "iman" Anda.

ALASAN SEMPURNA: "Saya ingin berhenti merokok karena saya tidak mau lagi diperbudak rokok. Saya ingin membuktikan bahwa saya adalah manusia merdeka yang bebas dari ketergantungan".
Jika Anda punya alasan seperti di atas, maka kami jamin Anda akan berhenti merokok selamanya. Kok bisa? Ya bisa dong. Karena secara logika, siapa sih yang mau jadi budak seumur hidup?.


Adakah alasan untuk tetap merokok?
Tentu saja ada. Banyak sekali malah. Kalau Anda seorang perokok sejati, kami yakin Anda punya ratusan alasan mengapa Anda harus merokok.

Kami pernah bertemu beberapa perokok, dan ketika kami bertanya "Mengapa Anda tetap merokok?". Kebanyakan mereka menjawab dengan alasan yang sangat menyentuh hati kami, yaitu: "Ya... kalau saya berhenti merokok, nanti pabrik rokok pada bangkrut. Kalau pabrik rokok bangkrut, kasihan karyawannya di-PHK sehingga tidak mampu beli beras". Entah, kami sendiri kurang tahu apakah alasan tersebut merupakan alasan yang sebenarnya atau hanya pembelaan atas ketidakmampuan untuk berhenti merokok. Apapun itu, kami sangat menghargai setiap orang yang memutuskan untuk tetap merokok, asalkan mereka juga menghormati orang lain yang tidak merokok.

Apakah hasilnya permanen?
Satu hal yang harus Anda ingat. Seseorang tidak akan mengubah apapun dalam dirinya, baik dengan atau tanpa bantuan orang lain, kecuali ada keinginan dan kesiapan dari dirinya sendiri untuk berubah. Meskipun hipnotis berhasil dilakukan, kami tetap tidak bisa memaksa Anda untuk meninggalkan rokok apabila anda belum berniat serius untuk berhenti total.

Setelah Anda menjalani hipnoterapi, pikiran dan tubuh Anda sudah tidak butuh rokok lagi, dan Anda tidak bisa merasakan nikmatnya rokok lagi. Rasa asap rokok yang Anda hisap adalah rasa asap tembakau yang sesungguhnya. Seperti waktu pertama kali anda mencoba rokok. Hasil hipnoterapi akan bertahan lama jika anda tidak memulai belajar merokok lagi.

Beberapa klien kami yang sudah terbebas dari rokok, mengaku kadang masih iseng merokok ketika berkumpul bersama teman yang perokok dengan alasan untuk menghormati teman. Hal ini boleh saja Anda lakukan, karena merokok atau tidak adalah hak Anda. Namun kalau Anda serius ingin berhenti merokok selamanya, maka Anda seharusnya berani menolak. Kabarkan kepada teman-teman bahwa Anda sudah bukan perokok. Dengan cara ini, Anda tidak akan terjebak untuk belajar membiasakan diri dengan rokok lagi.

Kami tidak peduli sebanyak apapun rokok yang Anda hisap setiap harinya, dan kami tidak peduli selama apapun Anda sudah menjalani kebiasaan merokok. Kalau Anda benar-benar ingin merdeka dari rokok, Anda akan merdeka seketika melalui hipnoterapi.

diadop dari wwww.hipnoterapi-asia

Tahapan Perkembangan Anak (Erikson, Freud Hingga Piaget)



Teori Perkembangan Psikososial dr Erik Erikson


Erik Erikson (1902 – 1994), tahap-tahap perkembangan manusia dari lahir sampai mati dipengaruhi oleh interaksi social dan budaya antara masyarakat terhadap perkembangan kepribadian. Perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan-kekuatan social yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Erikson membahas perkembangan psikologis disepanjang kehidupan manusia dan bukan antar masa bayi dan remaja. Adapun Erikson membagi fase-fase perkembangan sebagai berikut:

1. Fase Bayi (0 – 1 tahun)

Bagi Erikson kegiatan bayi tidak terikat dengan mulut semata. Pada tahap ini bayi hanya memasukkan (incorporation), bukan hanya melalui mulut (menelan) tetapi juga dari semua indera. Tahap sensori oral ditandai oleh dua jenis inkorporasi: mendapat (receiving) dan menerima (accepting). Tahun pertama kehidupannya, bayi memakai sebagian besar waktunya untuk makan, eliminasi (buang kotoran), dan tidur. Ketika ia menyadari ibu akan memberi makan/minum secara teratur, mereka belajar dan memperoleh kualitas ego atau identitas ego yang pertama, perasaan kepercayaan dasar (basic trust). Bayi harus mengalami rasa lapar, haus, nyeri, dan ketidaknyamanan lain, dan kemudian mengalami perbaikan atau hilangnya kondisi yang tidak menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar mengharap bahwa hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah menjadi menyenangkan. Bayi menangkap hubungannya dengan ibu sebagai sesuatu yang keramat (numinous).

2. Fase Anak-Anak (1 – 3 tahun)

Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan bukan dari keberhasilan mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya. Pada tahun kedua, penyesuaian psikososial terpusat pada otot anal-uretral (Anal-Urethral Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan dan kekuatan kemauan (benar-benar hanya permulaan), yang menjadi ujud virtue kemauan di dalam egonya. Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana (judicious).

3. Usia Bermain (3 – 6 tahun)

Pada tahap ini Erkson mementingkan perkembangan pada fase bermain, yakni; identifikasi dengan orang tua (odipus kompleks), mengembangkan gerakan tubuh, ketrampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi, dan kemampuan menentukan tujuan. Erikson mengakui gejala odipus muncul sebagai dampak dari fase psikososeksual genital-locomotor, namun diberi makna yang berbeda. Menurutnya, situasi odipus adalah prototip dari kekuatan yang abadi dari kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia bermain diikuti dengan peningkatan fasilitas untuk bergerak. Inisiatif yang dipakai anak untuk memilih dan mengejar berbagai tujuan, seperti kawain dengan ibu/ayah, atau meninggalkan rumah, juga untuk menekan atau menunda suatu tujuan. Konflik antara inisiatif dengan berdosa menghasilkan kekuatan dasar (virtue) tujuan (purpose). Tahap ini dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu, menjadi karakter baik untuk mengalahkan penjahat.

4. Usia Sekolah (6 – 12 tahun)

Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan (competence). Memendam insting seksual sangat penting karena akan membuat anak dapat memakain enerjinya untuk mempelajari teknologi dan budayanya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara ketekunan dengan perasaan inferior (industry – inveriority). Dari konflik antar ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar: kemampuan (competency). Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metoda yang membuat suatu pekrjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

5. Adolesen (12 – 20 tahun)

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap perkembangan lainnya, karena orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Bagi Erikson, pubertas (puberty) penting bukan karena kemasakan seksual, tetapi karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang. Pencarian identitas ego mencapai puncaknya pada fase ini, ketika remaja berjuang untuk menemukan siapa dirinya. Kekuatan dasar yang muncul dari krisis identitas pada tahap adolesen adalah kesetiaan (fidelity); yaitu setia dalam beberapa pandangan idiologi atau visi masa depan. Memilih dan memiliki ediologi akan memberi pola umum kehidupan diri, bagaimana berpakaian, pilihan musik dan buku bacaan, dan pengaturan waktu sehari-hari.

6. Dewasa Awal (20 – 30 tahun)

Pengalaman adolesen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh dewasa-awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan (genitality). Keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Cinta adalah kesetiaan yang masak sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Cinta selain di samping bermuatan intimasi juga membutuhkan sedikit isolasi, karena masing-masing partner tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi pada tahap ini adalah Afiliasi, refleksi dari kenyataan adanya cinta, mempertahankan persahabatan, ikatan kerja.

7. Dewasa (30 – 65 tahun)

Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kualitas sintonik tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego sebelumnya sebagai kekuatan dasar orang dewasa. Generasional adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian hadiah atau sanjungan, sedangkan otoritisme mengandung pemaksaan. Orang dewasa dengan kekuatan dan kekuasaannya memaksa aturan, moral, dan kemauan pribadi dalam interaksi.

8. Usia Tua (>65 tahun)

Menjadi tua sudah tidak menghasilkan keturunan, tetapi masih produktif dan kreatif dalam hal lain, misalnya memberi perhatian/merawat generasi penerus – cucu dan remaja pada umumnya. Tahap terakhir daroi psikoseksual adalah generalisasi sensualitas (Generalized Sensuality): memperoleh kenikmatan dari berbagai sensasi fisik, penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, pelukan, dan juga stimulasi genital. Banyak terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kualita distonik “putus asa” yang menang. Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Pada tahap usia tua, ritualisasinya adalah integral; ungkapan kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan. Interaksi yang tidak mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi.

Teori Perkembangan Psikoseksual dr Sigmund Freud

Freud merupakan teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada perkembangan kepribadian dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elborasi dari struktur dasar tadi.

Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 3 tahapan yakni

1. tahap infatil (0 – 5 tahun)

Tahap infatil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi 3 fase, yakni:

a. Fase Oral (usia 0 – 1 tahun)

Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan apa saja yang dikatakan orang lain.

b. Fase Anal (usia 1 – 3 tahun)

Kenikmatan akan dialami anak dalam fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari.

c. Fase Falis (3 – 5/6 tahun)

Tahap ini sesuai dengan nama genital laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan kenikmatan pada ibunya.

2. tahap laten (5 – 12 tahun)

Merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.

3. tahap genital (> 12 tahun)

Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini, sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.



Teori Perkembangan Kognitif dr Jean Piaget

Teori Piaget memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Trori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata – skema tentang bagaimanan seseorang mempersepsi lingkungannya. Teori ini membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yakni:



DESKRIPSI PERKEMBANGAN

1. Sensorimotor

0 – 2 tahun

Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda). Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti : menggenggam atau mengisap

2. Praoperasional

2 – 6 tahun

Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu seperti : kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang nampak)

3.Operasi Konkrit

6 – 11 tahun

Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.

4.Operasi Formal

11 tahun sampai dewasa

Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.

sumber: http://dewin221106.blogspot.com/2009/11/perkembangan-anak.html

Tips Menjaga Kesehatan Pikiran


Sehat menurut definisi WHO adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Ini berarti sehat mencakup aspek-aspek yang lebih dari sekedar urusan tubuh secara fisik, namun juga pikiran serta jiwa.
Lebih jauh lagi, kini para pakar kesehatan semakin yakin bahwa pikiran yang sehat amat mempengaruhi secara positif proses penyembuhan dan pengobatan. Melalui pikiran yang sehat kita membangun sebuah kehidupan yang berkualitas. Kita dapat menerima perubahan yang terjadi dengan tetap berpandangan positif, menciptakan hubungan antar sesama secara harmonis, mewujudkan kemampuan kreatif melalui kerja, dan tentu saja menikmati hidup ini dengan lebih bermakna.Untuk menjaga kesehatan tubuh, para pakar menganjurkan berbagai tips, seperti, olahraga, makan makanan sehat, dan lain sebagainya. Berikut ada beberapa tips sederhana agar kita tetap memiliki dan menjaga pikiran sehat kita.
1. Jalani gaya hidup sehat.
Seimbangkan menu makanan anda. Cukupkan istirahat. Berolahragalah secara teratur.Perhatikan jam kerja anda. Jauhi hal-hal yang membuat diri anda cepat usang, misal, alkohol, merokok, bekerja tak kenal lelah, begadang sepanjang malam. Dengan demikian anda merawat tubuh sekaligus pikiran anda sebaik-baiknya.
2. Ciptakan hubungan sehat antara sesama.
Hubungan yang sehat selalu berlandaskan saling dukung, kasih sayang, dan memaafkan. Percayakah anda bahwa salah satu cara mengatasi stres adalah berhubungan dengan orang-orang yang kita cintai? Ini membuat hidup terasa indah. Dengan berhubungan secara hamonis kita menjaga pikiran positif kita pada lingkungan, pergaulan, dan kehidupan secara keseluruhan.
3. Gerakkan pikiran anda ke arah-arah baru.
Pikiran yang sehat adalah pikiran yang selalu aktif bergerak dan penuh minat mempelajari hal-hal baru. Pikiran yang mandeg, sebagaimana air, mudah busuk. Maka, pelajari hal-hal baru, tumbuhkan minat pada orang lain. Ini merangsang kreativitas dan gairah anda.
4. Bekerjalah sebaik mungkin.
Kita menemukan makna peran kita di kehidupan ini dengan bekerja, berkarya dan berupaya mewujudkan sesuatu penuh daya cipta. Orang yang bekerja adalah orang yang optimis bahwa segala sesuatu dalam hidup ini selalu bergerak menuju perbaikan dan penyempurnaan. Hanya orang yang berpikiran sehatlah yang mampu memberikan hasil kerja yang positif.
5. Maafkan dan sadari keterbatasan pikiran.
Pikiran bukan satu-satunya alat untuk jawaban semua persoalan. Seringkali kita harus mengerahkan kemampuan imajinatif, atau intuitif kita dalam memutuskan sesuatu. Dengan menyadari keterbatasan pikiran, anda justru menyehatkan pikiran anda sendiri.
6. Bermain, tertawa, dan kembangkan humor.
Orang yang matang secara kejiwaan ditandai dengan kemampuannya untuk mengembangkan humor yang sehat dan tertawa. Hidup ini tidak cukup dipandang terlalu serius. Tertawalah lebih serius lagi. Pertahankan kebugaran pikiran anda dengan bermain, bersenang-senang, dan menikmati keindahan.
7. Berdoa dan refleksikan diri.
Terakhir, jangan takut untuk menyendiri dan merefleksikan diri anda melalui kegiatan berdoa, meditasi, atau relaksasi. Istirahatkan pikiran anda, temukan keheningan dan ketentraman melalui kegiatan ini. Anda bisa menemukan kekuatan baru di sana yang bukan untuk melemahkan pikiran anda, namun untuk kejernihan pikiran anda.
Sumber http://kesehatan.dianrakyat.co.id/2011/04/25/tips-menjaga-kesehatan-pikiran/

Mandi, dari Detoks Hingga Psikoterapi



Berikut beberapa manfaat mandi bagi kesehatan yang perlu kita ketahui, petunjuk mandi asyik dan menyehatkan:

Mengeluarkan racun

Mandi air hangat sekitar 32-35 derajat Celsius membuka pori-pori yang dapat membantu mengeluarkan toksin. Mandi air hangat juga dapat membantu menurunkan tingkat gula darah, menyembuhkan sakit otot dan membantu menjaga usus besar bekerja dengan baik. Waktu yang dianjurkan selama 10-20 menit.

Meredakan Stress

Jika anda benar-benar mengalami stress, mandi air dingin akan menjadi jawaban yang tepat. Temperatur yang dianjurkan sekitar 12-18 derajat Celsius. Mandi air dingin sangat baik meredakan ketegangan, sebaliknya dari air hangat karena mandi air dingin dapat mempersempit darah dan meningkatkan tingkat gula darah.

Mengatasi Penyakit Eksema

Penyakit kulit tertentu seperti eksema, ruam atau gatal-gatal dengan menambahkan baking soda (sodium bicarbonate) ke dalam bak mandi dapat membuat perbedaan besar. Sodium bicarbonate bertindak sebagai antiseptik. Isi air dengan air hangat kuku, tambahkan kira-kira satu pound baking soda dan aduk sampai rata. Dianjurkan berendam selama 10-20 menit.

Menyembuhkan Infeksi

Infeksi yeast seperti sariawan dapat dibantu dengan menambahkan tiga atau empat cuka dari sari buah apel ke dalam bak mandi. Ini juga baik untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh karena cuka dapat menyeimbangkan kembali asam. Tambahkan pada air hangat dan berendam selama 15-20 menit.

Flu dan Sakit Kepala

Merendam kaki dalam air hangat dapat membantu menyembuhkan flu dan sakit kepala dan juga menyegarkan kembali kaki yang lelah. Masukan air hangat secukupnya dalam bak sampai menutupi kaki dan pergelangan kaki tambahkan beberapa tetes minyak seperti lavender, peppermint atau lemon. Setelah selesai basuh dengan air dingin. Lakukan selama 10-20 menit.

Mengatasi Insomnia

Merendam kaki dalam air dingin sangat baik bagi anda yang memiliki masalah insomnia atau mereka yang memiliki masalah tidur. Masukan kaki sampai kaki merasa dingin. Pengobatan ini juga berguna bagi kaki lelah, pendarahan hidung, flu dan sembelit.

Melancarkan Sirkulasi

Cobalah merendam kaki secara bergantian antara air hangat dan air dingin jika anda mengalami masalah sirkulasi. Mulai dengan merendam kaki selama satu atau dua menit dalam air hangat, kemudian 30 menit dalam air dingin. Cobalah lakukan selama 15 menit kemudian diselesaikan dengan air dingin.

Psikoterapi

Lebih jauh, Asep Haerul Gani, seorang psikoterapis dan tokoh NLP-Hipnosis menggunakan mandi sebagai sarana penyembuhan. Caranya sertai setiap guyuran air mandi dengan niat tertentu. Misalkan, ucapkan dengan penuh kesadaran (boleh dalam hati lah): dengan guyuran air dan rontoknya debu-debu yang menempel di tubuhku maka hilang pula rasa malasku (atau apalah: kebencianku, kesialanku) dan aku menjadi pribadi yang baru, yang terbersihkan dari sifat itu...

Dalam Islam, kita diajarkan doa untuk mandi: Aku berniat mandi untuk meluruhkan kotoran-kotoran besar (lahir dan batin)karena Allah... Dahsyaaaaat, ini sebuah mantra psikoterapi Islam yang luar biasa. Coba seandainya niat itu kita ingat dengan penuh kesadaran, pasti kita lebih sehat lahir dan batin.

Byurrr... mandi! Mandi!

Begitu banyak Manfaat Mandi untuk Kesehatan dan Mengatasi Penyakit yang amat berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Mulailah dari sekarang rajin mandi, buang kebiasaan malas mandi yah.

Memaafkan itu Lebih Sehat


Tidak memaafkan tidaklah memperbaiki apapun, sebaliknya memaafkan adalah perbuatan mulia


Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: “…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An Nuur, 24:22)
Juga dinyatakan dalam Al Qur’an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Qur’an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, “…menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
Memaafkan itu menguntungkan, walau sebenarnya menurut Anda, Anda benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan,tidak perlu membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti tanpa sengaja.
Apa untungnya menyimpan kemarahan? Dr Hayes mengibaratkan orang yang tidak bersedia memaafkan sama saja dengan orang yang dilukai dengan clurit menancap dan enggan melepaskannya. Kemanapun ia bawa clurit itu. Apa yang terjadi? Semakin lama clurit itu bersarang di tubuh, semakin hebat rasa nyerinya, belum lagi infeksi sekunder yang diakibatkannya. Bagaimana hidup seperti itu?
Alangkah bijak kepada diri sendiri ketika kita mau memaafkan. Batin ringan, fisikpun sehat.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang Dalam bukunya, Forgive for Good

[Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih - memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul “Forgiveness” [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin.

Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan -sebagaimana segala sesuatu lainnya - haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Pemaafan adalah membebaskan tahanan dan mengetahui bahwa tahanan itu adalah diri kita sendiri....

Apakah Anda Bahagia?


Frointier Consulting Group melakukan survey tentang Happiness Index (IHI) 2007 yang menunjukkan tingkat kebahagiaan masyarakat. Dari survey tersebut Jakarta termasuk kota yang penduduknya paling tidak bahaigia, index yang dicapai hanya 46,20 dibanding kota lainnya, seperti Semarang (48,74); Makassar (47,95); Bandung (47,88) dan Suarabaya (47,19). Jakarta hanya mengungguli Medan yang memiliki indeks kebahagiaan sebesar 46,12.

Ayo kita bandingkan dengan negara Bhutan (di mana tuh?). Telah bertahun-tahun negara ini mengukur tingkat kebahagiaan penduduk dan negaranya dengan ukuran kebahagiaan Gross National Happiness (GNH), dan bukan dengan ukuran ekonomi Gross Domestic Product (GDP). Bhutan disebut sebagai “Shangrilla di kaki gunung Himalaya”. Dalam sebuah survei tahun 2005, 97 persen menganggap diri mereka berbahagia, dengan 45 persen merasa sangat berbahagia. Hal ini membuat tingkat kepuasan penduduk Bhutan berada dalam kelompok 10 persen tertinggi di dunia berdasarkan Happy Planet Index. Bukannya kebahagiaan yang berasal dari pemuasan nafsu dunia fana, melainkan berasal dari iman dan konsep “tahu-cukup”

Kebahagiaan, kesenangan, kesedihan, kekecewaan dan juga kemarahan adalah produk mental yang dihasilkan dari aktivitas beberapa bagian otak sekaligus. Respon seseorang terhadap 'realitas' (pakai tanda kutip) yang dihadapinya tergantung pada persepsi yang dihasilkan dari kerjasama antara sistem memori-emosi yang ada di sistem limbik dan lobus frontalis di korteks cerebri yang tujuannya untuk menghasilkan respon sikap terbaik. Selanjutnya, respon bahagia akan memicu diproduksinya hormon ketenangan (serotonin), kegembiraan (endorfin) dan hormon motivasi (dopamin). Jadi orang yang menyikapi sesuatu dengan persepsi happy memiliki ketiga hal di atas: damai, gembira dan bersemangat. Asyiiik...

Bahagia itu masalah persepsi kita terhadap dunia luar. Harap diingat, kita tidak boleh bergantung kepada apa yang di luar kita untuk bisa merasakan bahagia. Sungguh tidak bijaksana kepada diri sendiri untuk menunda kebahagiaan dengan mempersyaratkannya. Sungguh bahagia itu tanpa syarat apapun. Tidak perlu alasan apapun untuk bahagia. (bersambung)

Manusia Bebas

Seorang muslim adalah orang yang pertama kali terbebas dari kungkungan sesuatu yang bernama tuhan/ilah (laa ilaha).
illa Llah adalah guidance, bahwa dalam kebebasannya itu sudah tersedia adanya petunjuk dalam dirinya dan lingkungannya berupa qauliyah dan kauniyah.
Karena Allah Maha Luas Tak Berbatas maka jangkauan pikir seorang muslim sebenarnya diluaskan tak berhingga. Jauh lebih luas dari jangkauan pikir yang mengaku sebagai 'manusia bebas'. Mereka hanya bisa berfikir pada apa yang terlihat, sebatas alam semesta ini.

Dunia artinya sesuatu yang dekat. Alias apa-apa yang terlihat saja. Hanya itulah jangkauan pikir para 'free thinker'
Adapun ketika kita diberi tahu tentang adanya dunia dan akhirat, bukankah itu sebuah perluasan yang luar biasa? Akhirat, sesuatu yang akhir, yang baqa' (kendatipun menurut Agus Mustofa akhirat ternyata tidak kekal, hanya kekal secara relatif).
Oh ya tentang Agus Mustofa silahkan searching beliau. Saya dalam beberapa gagasan setuju dengan beliau, yang saya anggap sebagai salah seorang guided free thinker. Mampu menjabarkan kesemestaan dengan dalil-dalil yang diperkenalkan oleh Islam

Main Sinetron


Nonton sinetron itu begini:
Kita ikut sedih kala tokoh utamanya bersedih.
Kita ikut tertawa kala tokoh utama tertawa senang.
Kita ikut tegang manakala tokoh utama berada dalam situasi sulit.
Kekhawatirannya menjadi kekhawatiran kita.

Tapi kita tetap enjoy, toh?
Karena kita 'tahu' bahwa ini hanya sebuah episode yang akan berlalu. Ending nya pasti baik.
Bahkan walaupun kita tidak tahu persis akhir ceritanya seperti apa, yang namanya nonton sinetron kita bisa ber laa tahzan.

Kenapa bisa begitu?
Karena prasangka baik kita terhadap sang sutradara:'ndak mungkin tokoh utama bakalan ancur kayak gini, ntar juga menang.'

Saya bukan pendoyan sinetron. Nonton sinetron hanya setahun sekali, ya kalau bulan Ramadhan saja. (Hihihi... nggak acik yah, Ramadhan malah nonton sinetron? Lha kan di luar Ramadhan udah puasa nonton sinetron?)
Saya baru saja kehilangan seri Para Pencari Tuhan yang mengunggah persoalan hidup dengan ringan, penuh canda namun mampu menyentil sisi-sisi naif manusia tanpa menggurui. Beruntung tahun ini ada Ketika Cinta Bertasbih di RCTI.

Alhamdulillah saya membaca dua jilid buku KCB dan menonton kedua film layar peraknya. Saya fikir setelah halaman terakhir buku itu, atau setelah saya tinggalkan bangku bioskop, Azzam dan Anna akan hidup bahagia selama-lamanya seperti kisah-kisah dongeng HC Andersen. Mereka membina rumah tangga yang super sakinah, mewarisi pesantren besar yang hebat, beranak cucu yang sehat dan sederet predikat kebahagiaan dunia akhirat yang bisa disandang manusia.

Namun prasangka saya ternyata tidak benar, di sinilah saya tercengang dengan kehebatan Habiburrahman El Shirazy yang ternyata dalam seri sinetron KCB mampu menampilkan potret bahwa kesempurnaan seorang Anna maupun Azzam ternyata tidaklah seperti yang dibayangkan oleh warga pesantren, pun oleh kita. Bagaimana ternyata dalam keshalihatannya, seorang Anna adalah pribadi yang keras, kurang tabayyun kepada suami sendiri dan gampang minta cerai. Bagaimana ternyata di balik citra tenangnya rumah mereka ada kemelut rahasia yang tidak sempat diketahui warga pesantren.

Tabik sekali lagi untuk Kang Abik El Shirazy. Tidak ada hidup yang paripurna selagi manusia masih berjalan di muka bumi.
Kadangkala kita terkagum kepada kesuksesan seseorang dan kurang mensyukuri diri apa adanya. Banyak orang ingin menjadi orang lain dengan melupakan diri sendiri.


Saya jadi teringat semasa koas (pendidikan klinik untuk mengambil profesi dokter). Rumah sakit sedang direnovasi besar-besaran saat itu. Banyak tukang bangunan yang sedang bekerja mememperbaiki dan membangun kembali gedung tua RSUP Dr M Djamil Padang. Nah, suatu hari menjelang maghrib saya berjalan di koridor yang mulai temaram dengan membawa sampel darah pasien baru untuk diperiksa di laboratorium kemudian hasilnya dianalisa untuk presentasi kasus besok paginya. Letih juga dinas dari pagi tadi hingga esok siang. Residen sudah pula menunggu di bangsal dengan tugas-tugas dan keangkeran mereka. Saya melihat dua orang tukang yang sedang mencangkul sambil ngobrol.
Saya membatin, Enak ya jadi mereka, kerjanya ringan, tidak ada yang memarahi mereka. Tak banyak tanggung jawab. Namun beberapa langkah kemudian -masih di koridor yang sama- entah kesambet apaan saya bisa 'menjadi' mereka yang seakan sedang bergumam: Enak ya yang jadi calon dokter, lihat bajunya gagah, tangannya bersih dan pasti hidupnya enak. Calon kaya tuh...
Dan dialog batin itu masih saya ingat sampai saat ini.

Oke, balik maning ke sinetron...
Kita enjoy saja mengikuti sang tokoh yang sedang tercekam takut, menikmati rasa takut sambil mengunyah popcorn.
Kita bisa mengikuti episode sengsara sang tokoh sambil tetap tidak lupa pada sepiring sayur lodeh di pangkuan.
Asyik saja membiarkan adrenalin menderas di tubuh kita sambil menikmati perjuangan si tokoh yang harus jatuh bangun meraih kemenangan.
Karena kita berprasangka baik kepada akhir dari sinetron tersebut.


Bat sobat...
Betul kita tidak mampu melihat ending dari hidup kita.
Tapi kalo kita berprasangka bahwa segalanya akan baik pada akhirnya, kayaknya kita bisa menikmati setiap episode yang kita perankan. Kan ada "Sang Sutradara"...

Maka, dengarlah ada yang berbisik:
Menangislah pada episode sedih. Itu hal yang benar.
Tertawalah pada episode gembira. Itu lebih baik.
Hadiri saja setiap episode dengan diri kita yang seutuhnya.


Nikmati saja setiap episode, engkau tahu akhirnya.