Psikologi Kebencian


Kebencian merupakan sebuah emosi yang sangat kuat dan melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, atau antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga merupakan sebuah keinginan untuk, menghindari, menghancurkan atau menghilangkannya. Kadangkala kebencian dideskripsikan sebagai lawan daripada cinta atau persahabatan; tetapi banyak orang yang menganggap bahwa lawan daripada cinta adalah ketidakpedulian. (sumber : Dikutip dari : id.wikipedia.org/wiki ). Benci (hate) adalah salah satu bagian dari sifat-sifat manusia.

Dalam ilmu psikologi, Dr. Sigmund Freud mendefinisikan benci sebagai pernyataan ego (ke-akuan) yang ingin menghancurkan sumber-sumber ketidak bahagiaannya.

Definisi benci yang lebih baru menurut Penguin Dictionary of Psychology (Wikipedia) adalah “emosi yang dalam dan bertahan kuat, yang mengekspresikan permusuhan dan kemarahan terhadap seseorang, kelompok, atau objek tertentu”.

Teori-teori tentang Benci

a. Penjelasan biologis mengenai benci

Agresi beserta manifestasi internalnya sebagai sisi kemanusiaan yang memiliki dasar biologis dan bersifat alamiah; artinya, secara biologis kita memiliki predisposisi yang bersifat bawaan genetis untuk membenci.

Penjelasan Etologis

Etolog Konrad Lorenz (1967) dan Eibl-Eibesfeldt (1971,1979) mengatakan bahwa agresi merupakan produk dari proses evolusioner yang bersifat adaptif. Menurut pendapat ini, kebencian bersifat terberi karena agresi bersifat adaptif bagi evolusi spesies kita.

Para teori etologi ini juga mengatakan bahwa berbagai tendensi agresif alamiah dapat saja terdistorsi dan kadangkala diekpresikan secara tidak tepat.sebagai contoh, karena masyarakat modern kita mengekang berbagai tindakan agresif ,maka frustasi berawal dari agresi alamiah ini dapat menghasilkan suatu bentuk penumpukan agresi yang memerlukan tindakan untuk mengekspresikan atau melampiaskan agresi itu.

Berbagai solusi etologis terhadap agresi sering kali terbukti tidak afektif. Penjelasan etologis umumnya memberikan kesan bahwa agresi tidak dapat dihindari. Jika hal itu terkait dengan gen kita, maka hal itu tidak dapat dihentikan (Silverberg & Gray,1992,Stoff & Cairns,1996).

Gangguan Otak

Kepribadian agresif dan penuh kebencian melibatkan gangguan struktur dan gangguan otak yang disebabkan oleh obat. Berdasarkan sejumlah eksprimen yang dilakukan di dalam laboratorium hewan diketahui bahwa stimulasi terhadap sejumlah pusat di otak dapat menghasilkan kemarahan yang intens dan tak kunjung padam (Adams dkk,1993).Memang,beberapa orang yang terbukti memiliki kecenderungan untuk berang dan menaruh kebencian yang hebat ditemukan memiliki struktur otak yang abnormal serta cedera pada dan dekat hipotalamus dan amigdala (lobus temporal).

Gangguan otak biasanya diasosiasikan dengan kemarahan mendadak dan tidak terkontrol alih-alih dengan rencana untuk membunuh jutaan orang yang dilakukan secara dingin, penuh perhitungan dan perencanaan.

Berbagai studi yang menggunakan positron emission tomography (PET) scan memperlihatkan bahwa orang dengan kepadatan dari reseptor dopamin yang rendah (reseptor-reseptor D2) yang terletak diarea basal ganglia dari otak, cenderung memiliki kepribadian yang menjaga jarak dan dingin (Farde,Gustavsson,Josson,1997). Dopamin,sebuah neurotransmiter (pembawa pesan kimiawi) penting berkaitan dengan suasana hati (mood) dan berbagai defiseinsi neurotransmiter sebagian ditentukan secara genetis (Hendricks dkk,2003).

b. Pendekatan psikoanalitik mengenai benci

Freud membuat dalil mengenai eksistensi insting atau dorongan agresif. Pada kenyataannya,ia berteori bahwa semua manusia memiliki insting kematian. Thanatos yang merupakan dorongan yang terarah pada kematian dan prilaku meruusak nilai (self-destructive), yang namanya diambil dari dewa kematian Yunani.Meskipun demikian, prilaku merusak diri tidak diterima didalam masyarakat modern (Weiningger,1996). Seperti hal nya impuls-impuls seksual yang tidak dapat diterima secara sosial, energi ini harus dilepaskan atau disalurkan dengan cara-cara yang secara sosial tepat.

Salah satu mekanisme yang dilibatkan dapat berupa memproyeksikan impuls-impuls kematian ke objek yang dibenci , yakni dengan mengatribusikan kebencian keorang lain. Sebagai contoh, mereka mungkain melihat orang lain sebagai sosok yang agresif, penuh kebencian, dan berbahaya.

c. Pandangan Neo-Analitik mengenai benci

Jung berhipotesis mengenai sejumlah elemen yang umum disemua kepribadian manusia, arketip, salah satu arketip khusus , yang disebut shadow, adalah tempat insting-insting hewan dan primitif berada. Dengan demikian, menurut Jung ekpresi shadow yang tidak sesuai atau terkontrol dapat mengakibatkan kebencian dan agresi yang amat kuat seperti yang terjadi kepada Hitler, selain itu, ingatlah bahwa Jung menjelaskan tipe-tipe psikologis yang didasarkan pada kedudukan individu dalam tipologi.

Alfred Adler dan Karen Horney juga berkeyakinan (seperti Freud dan Jung) bahwa kepribadian yang bermusuhan dan penuh kebencian berkembang pada masa kanak-kanak,namun para ahli neu-analitik ini tidak menyatakan bahwa kepribadian seperti itu ditimbulkan secara langsung dari insting atau dorongan biologis.

Karen Horney yang juga memandang masa kanak-kanak sebagai sesuatu masa kehidupan dimana seorang individu dapat menjadi penuh kebencian,menyatakan bahwa anak-anak harus merasa aman ketika kanak-kanak agar dapat berkembang sebagaimana semestinya.

Horney menyajikan cara-cara pertahanan diri yang dapat dipakai anak-anak yang menjadikorban kekerasan.Salah satu mekanisme ini adalah meraih kekuasaan dan superioritas terhadap yang lain,yang melawan perasaan bahwa seorang tidak berdaya atau diperlukan secara salah.

Menurut Erikson,tahap-tahap psikososial yang tidak diselesaikansecara berhasil akan menghasilkan individu yang memilki sifat pemarah, bermusuhan, dan penuh kebencian:

1) Anak yang tidak mengembangkan kepercayaan yang memadai semasa bayi,cenderung mengembangkan pola untuk senantiasa curiga dalam kehidupan kelak.

2) Anak yang diperlukan deengan cara yang bermusuhan ketika dia didorong mencapai otonomi dapat menjadi destruktif dan marah.

3) Akhirnya,jika inisiatif anak dihukum dan dihalangi alih-alih ditantang secara realistik,anak bisa gagal dalam mengembangkan superego yang memadai. Individu ini, yang orang tua nya kurang membekalinya dalam ketiga tahap perkembangan psikososial ini, cenderung menjadi orang dewasa yang penuh kebencian dan agresif.

d. Kebencian dan Otoritarianisme:Erich Fromm

Fromm menekankan iklim sosial seperti halnya sejarah pribadi individual sebagai sumber kemarahan dan kebencian. Fromm berteori bahwa individu merasa lebih sendiri dan terisolasi seiring dengan kemajuan peradaban dan seiring dengan meningkatnya kebebasan individual yang diperoleh orang-orang. Dalam rangka meniadakan perasaan kesepian dan alienasi, ia berteori beberapa orang meninggalkan kebebasannya, melepaskan individualitas dan prinsip-prinsipnya agar dapat menjadi bagian kelompok,berapapun harganya.

Dengan demikian, Fromm memadukan determinan biologis dan non biologis yang menghasikan kapasitas untuk melakukan kekerasan, dan ia menerima bahwa kanalisasi secara tidak tepat dari dorongan-dorongan ketika kanak-kanak dapat menciptakan berbagai masalah sepanjang hidup,namun ia meletakkan kesalahan terbesar pada kegagalan dalam menemukan makna didalam sebuah masyarakat yang kosong.Dengan demikian ia menggabungkan elemen-elemen dari pandangan eksistansial dan humanistik dalam memandang kebencian.

e. Pendekatan humanistik menngenai kebencian

Mereka menggaris bawahi pentingnya moralitas, keadilan, komitmen, yang melibatkan pemikiran yang kompleks dan kesadaran diri.kontras dengan para psikoanalis dan neo-analis, para psikolog humanistik lebih banyak berfokus pada individu-individu yang matang dan mencapai aktualisasi diri dibandingkan berfokus pada individu yang penuh kebencian yang banyak sekali jumlahnya. Mereka lebih melihat aspek-aspek yang mengarah pada sisi positif, dari apa yang dikelliru dalam pengasuhan.meskipun demikian, penjelasan humanistik mengenai kebencian individu dapat diturunkan dari teori-teorinya.

Psikolog humanistik Carl Rogers berkeyakinan bahwa emosi negatif berasal dari kurangnya penghargaan positif dalam kehidupan individu,khususnnya yang diberikan oleh orang tua selama masa kanak-kanak.

Abraham Maslow
(1968)juga memperlihatkan bahwa berbagai ketakutan keraguan kita mengenai diri sendiri berakar dari ketidak matangan dan kebencian. Ia berfokus pada berbagai kebutuhan akan keamanan yang tidak terpenuhi sebagai penyebab terjadinya orang dewasa yang neurotik. Seperti Rogers, Maslow bersikeras berpendapat bahwa kejahatan dan kebencian bukan lah sisi mendasar dari kepribadian seseorang melainkan merupakan akibat dari defisiensi lingkungan.

f. Kebencian sebagai suatu trait

Bagi para teoris trait , trait-trait seperti agresif merupakan bagian dari organisasi dinamik kepribadian, bagian-bagian kepribadian yang menggiring individu untuk bertindak dengan cara-cara tertentu. Raymond cattel menggunakan analisis faktor untuk menyaring trait-trait manusia yang umum, mengisolasi trait-trait tertentu, yang bila menggejala secara kuat membentuk trait-trait dari seorang pembunuh.

Bagi Hans Eysenck, dimensi kepribadin yang paling relevan dengan kebencian adalah psikotism. Seorang yang tinggi dalam dimensi ini memiliki sifat impulsif, kejam, keras hati, dan antisosial.

Dalam riset terapan mengenai agresi, psikolog seymaur feshbach (1971) memandang kemarahan sebagai suatu reaksi emosional yang mencapai puncaknya dalam bentuk perilaku yang penuh kebencian. Feshbach menemukan bahwa berbagai respon emosional lainnya seprti empati dan altruisme dapat melawan agresi. Artinya, feshbach mengatakan bahwa empati dapat menghambat respon seseorang terhadap konteks sosial yang membangkitkan berbagai perasaan dan perilaku agresif.

g. Pendekatan kognitif terhadap benci

Mereka justru menekankan bahwa bukan pengalaman riil individu,namun cara seseorang menginterpretasikan atau memahami berbagai relasi dan pengalamannyalah yang menentukan tindakan-tindakannya.menurut pandangan ini,kebencian dan agresif tergantung pada bagai mana cara kita belajar menjelaskan dunia.

George Kelly
sebagai contoh,melihat pemahaman personal menngenai orang lain. Ia menemukan bahwa beberapa orang tidak membuat banyak pembedaan diantara orang lain mereka cendrung lebih melihat orang lain sebagai sama satu sama lain. Orang yang lebih otoritarian seperti ini,memperlihatkan apa yang oleh Kelly(1963) disebut kognitif simplicity. Hal iini memungkinkan seseorang menganggap seluruh kelompok orang sebagai musuh-musuhnya.

h. Teori belajar:kebencian sebagai perilaku yang dipelajari

Berbagai teori belajar menyatakan bahwa agresi diperoleh melalui berbagai mekanisme yanng sama seperti semua perilaku. Teori belajar klasik menyatakan bahwa emosi yang penuh kebencian merupakan respon – respon yang terkondi, sementara teori belajar operant menekankan peran dari pennguatan dan hukuman dalam membentuk agresivitas yang dipelajari. Teori belajar sosial menggabungkannya dengan menyatakan bahwa perilaku benci merupakan hasil dari modeling, observasi, imitasi, dan vicariously reinforced (sangat dibesarkan).

Memang benar bahwa jika perilaku benci memperoleh penguatan, entah karena itu dapat menarik perhatian, entah karena membangkitkan pujian dari orang lain, atau karena menguntungkan material, maka orang itu akan terus bertindak dengan cara bermusuhan. Pada kenyataan, sebenarnya agresi dapat semakin kuat.

i. Perbedaan budaya yang terkait kebencian

Beberapa masyarakat tergolong bersifat sangat agresif, sedang yang lain hanya memperlilhatkan sedikit permusuhan dalam relasi antarpersonal. Rupanya, ada sesuatu dalam tatanan sosial yang terkait dengan fakta ini.

Bahwa diperbatasan Amerika Serikat, ditemukan bahwa perbedaan budaya memprediksikan perbedaan taraf permusuhan. Nisbett dan Cohen (1996) yang membandingkan bahwa dinegara-negara bagian utara AS dengan negara bagian selatan,menemukan bahwa rata-rata pembunuhan yang lebih tinggi di selatan.

Benci yang salah arah

Dari pengertian dan penjelasan tentang benci diatas kami mengambil kesimpulan bahwa benci yang salah adalah benci yang berlebihan yang menyebabkan orang lain menderita. Contoh: teroris. Dan benci kepada kebenaran.

2 komentar:

  1. Postingannya sangat menarik, sesuai dengan yang saya cari untuk support evidence di artikel saya. Terima kasih.

    BalasHapus
  2. terimakasih sangat membantu

    BalasHapus