Bahagia adalah pilihan. Benarkah?
Neuroscience berkata tidak ! Bahagia adalah kondisi
default setting otak manusia sejak lahir hingga meninggal!
Sedikit mengutip Dalai Lama, bahwa tujuan dalam hidup ini
adalah untuk menjadi bahagia. Puji syukur kepada Allah bahwa ilmu tentang otak
hingga hari ini telah menunjukkan potensi otak dan pikiran yang luar biasa bagi
kehidupan.
Oke, beberapa
temuan di bidang neurosains berikut adalah fakta
"Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah..." - Rasulullah Muhammad s.a.w
1. Otak memiliki
kesadaran untuk menyembuhkan diri.
Selama ini sudah diketahui bahwa sel-sel neuron sejak lahir telah
memiliki semua yang diperlukan untuk hidup. Ia tidak dapat kembali setelah
mengalami disfungsi. Beberapa tahun lalu diketahui bahwa sel otak/neuron
memiliki neuroplasticity. Diduga pula bahwa kemampuan neuron untuk menyembuhkan
diri atau dikenal sebagai neuroplasticity/neuroplastisitas hanya berperan untuk
memperbaiki dirinya pada kejadian cedera. Ternyata, belakangan ditemukan fakta
bahwa neuroplasitisitas ini berlangsung lebih dari yang selama ini dipahamai.
Sel neuron mampu memperbaiki dan mereorganisasi diri secara lebih lebih luas di
area tertentu setiap saat. (Damasio, 2010)
2 . Plastisitas
adalah sifat dasar dari semua otak yang sehat.
Setiap orang berpikir mengubah dunia , tetapi tidak
seorangpun yang berpikir mengubah dirinya .
~ leo tolstoy
Temuan baru ini tidak hanya merevolusi ilmu pengetahuan ,
bahkan menjungkirbalikkan apa yang telah
dipahami selama berabad abad. Hal ini juga memberikan perangkat baru untuk mengetahui diri kita berikut cara
menghayati hidup secara ‘kaya’. Artinya penyembuhan dari gangguan cemas,
depresi, trauma dan hambatan emosi lain kini
akan lebih menjanjikan. Menurut neuroscientist terkenal Ramachandran,
otak memiliki kemampuan lebih besar dan lebih cepat untuk merestrukturisasi dan
mereorganisasi dirinya ketimbang yang selama ini dibayangkan (Ramachandran,
2011)
3 . Kita telah
belajar bahwa rasa takut (yang ada di otak) ini dirancang untuk menjadi aset
, bukan cacat atau kelemahan .
Adalah terus
menerus adanya takut , takut akan rasa takut , yang membentuk wajah
seorang laki laki pemberani . ~ georges
bernanos
Respon takut ,
sekarang dianggap oleh neuroscientist sebagai fungsi kunci dari saraf . Para pakar neurosains mengerti sekarang bahwa rasa takut
bukan sesuatu untuk dihilangkan karena rasa takut dirancang untuk bekerja
dengan proses lain untuk membantu menyembuhkan luka masa lalu , dan dalam
perjalanan dari melakukan penyembuhan batin itu
otak jugamengembangkan dan memperkuat kapasitas kita untuk mengatur
emosi ( Damasio , 2010 ) . Singkatnya , kemampuan untuk merasa takut ( emosi yang menyakitkan kebanyakan berakar pada ketakutan ) adalah penting untuk kebahagiaan
. Ketika diaktifkan , respon takut menyediakan
kesempatan untuk membuat makna atas masa lalu, untuk re-integrasi
pengalaman lama dengan pemahaman baru , untuk belajar dan untuk menumbuhkan
kebijaksanaan.
Emosi yang ‘menyakitkan’ adalah guru yang sangat penting
,membangun kekuatan dan keyakinan diri. Situasi
yang memicu respon stres adalah
kesempatan untuk mengembangkan kapasitas kita untuk mencintai diri dan orang lain.
Kunci pembelajaran ini menawarkan sebuah fakta dahsyat bahwa
‘handling our fears is a learned ability
that can lead to emotional mastery’
Otak dan tubuh Anda telah didesain untuk bahagia dan
keren. Anda telah disetel ‘default mode’
untuk ini, maka -apabila ada- segeralah
keluar dari kecemasan, dari stres, dari depresi itu.
Your happiness is one of your primary responsibilities in
life
Ga disebutin mas dokter, tulisannya ngejiplak (translate) dari mana...
BalasHapusKeren...terima kasih telah menambah pengetahuan..
BalasHapusdamatio dan ramachandran itu tulisan nya apa, boleh minta referensi tsb
BalasHapus